; Light Yagami Kira - Death Note about darkness and brightness: Story

Amira's Pages

Story

That Should Be Me (Songfic One Shoot)

by Amira Fadelia on Sunday, January 30, 2011 at 9:32pm
Kata Pengantar :
Cerita ini saya buat sebagai pengabdian saya sebagai seorang Beliebers
Hm.. Sebagai saran, sewaktu baca cerita ini, atau habis baca cerita ini, dengerin lagunya Jabir, alias Jastin Bibir - That Should Be Me sekalian cari artinya
Cerita kali ini, aku pake bahasa formal, nggak tau jadinya aneh apa nggak
Oh ya, untuk nama peran, aku pake nama asli pemain film Twilight ^^
Warning :
bagi yang bosan dengan catetan saya *NGGAK USAH BACA*
bukannya melarang, tapi aku nggak enak kalo ada readers yang baca dengan terpaksa
Daripada nggak mau, mending nggak usah kalo bosen, okay?

==================================================================

Aku berjalan sepanjang koridor sekolah, kepalaku menunduk. Aku sangat malas masuk sekolah hari ini.

Sejak aku masuk sekolah kurang dari lima menit yang lalu, seluruh mahasiswa diam, dibandingkan pagi biasanya. Hari sedih bejama'ah mungkin. Lalu seseorang memanggilku "David!"

Aku berbalik untuk mencari si pemilik suara. Ia memakai kaus pink dan rok mini, berlari ke arahku. Aku berhenti dan semua orang menatap kami ketika kami bercakap-cakap di tengah lorong.

 "Ya?" Tanyaku.

"Apa benar Ashley putus denganmu?"

Aku pikir tak seorang pun bergerak ketika aku menjawab pertanyaan itu
"Tidak"

"Tapi ada rumor yang dikirim lewat pesan singkat kalau dia sudah punya cowok lain," katanya.

Kemudian salah satu laki-laki dalam kerumunan itu berteriak,
"David Slade, bintang kapten tim basket Starcast dicampakkan oleh Ashley Greene untuk pemain basket lain!"

Sejenak semuanya hening dan tiba-tiba semua orang tertawa, termasuk gadis di depanku. Aku menelan ludah dan mengerutkan kening. Menghirup dan menghembuskan napas dalam-dalam, aku mengabaikan mereka dan berlari ke kelas. Tak seorang pun pergi ke kelas setengah jam lebih awal tapi aku tidak peduli. Aku hanya butuh waktu sendirian, di mana ada kedamaian da ketenangan.

Aku tidak bisa menyangkal kebenaran bahwa Ashley dan aku bertengkar dua hari lalu, pada hari Sabtu. Aku menuduhnya berselingkuh, tapi dia menyangkalnya. Meskipun yang dia katakan ada benarnya, namun tak masuk akal jika dia nongkrong bersama Jackson di mall. Aku tidak menerima penyangkalannya dan menggantungkan hubungan kami beberapa hari. Itu kebodohanku. Aku mencoba menelepon untuk meminta maaf, tapi dia tidak pernah mengangkatnya. Aku pergi ke rumahnya untuk jalan-jalan, tapi ibunya berkata dia keluar rumah sepanjang hari.

Aku mengingat kembali kejadian sepuluh menit yang lalu. Tawa mereka masih bergema di kepalaku, menghantuiku dengan cara yang tidak bisa ku jelaskan. Bahkan setelah pintu tertutup, aku masih bisa mendengar gemuruh dari tertawa, cekikikan dan beberapa komentar menyakitkan.

"Bagaimana menurutmu tentang Ashley? Mungkin dia sekarang bersama Jackson. Atau mungkin Oliver."

 "Aku pikir James."

"Mungkin si kutu buku putus gara-gara David selalu bicara pada bola basket."

"Oh, aku tahu mengapa Greene meninggalkannya! Karena David bukan seorang pustakawan jadi dia harus membayar denda bila terlambat mengembalikan buku."

 Dan ada lebih banyak tawa.

Pertama, bahwa Greene atau si kutu buku, memiliki nama. Ashley. Dan dia masih menjadi pacarku, dia tidak berkencan dengan laki-laki lain. Aku membenamkan kepalaku dalam-dalam di atas meja dan mendesah.

Everybody's laughing in my mind
Rumors spreading 'bout this other guy

-Flashback-
Kami pergi ke mal dan mencoba permainan baru yang disebut 'Jungle Expedition'. Itu adalah permainan untuk menguji kekompakan pasangan.

Meskipun kami tidak bisa melewati bagian pertama, nilai kami berlipat sampai jutaan dan mesin menunjukkan bahwa persentase kekompakan kami 92%. Mengejutkan. Aku menyeringai saat aku meletakkan senapan mesin yang aku pegang untuk menembak alien dalam permainan. Tapi dia hanya menatapku, sementara bibirnya membentuk garis lurus dan dia meletakkan senapan mesin pada slot di samping mesin.

"Ada yang salah? Apa kamu sakit?" Aku bertanya padanya, senyumku menghilang.

"Tidak, aku baik-baik saja,"  katanya, mencoba meyakinkanku dengan tersenyum.

 Tapi aku tahu ia memaksakan itu.

Setelah keluar dari mall, kami berjalan menuju rumahnya. Di perjalanan, aku baru menyadari betapa cantiknya dia hari ini, dia hanya mengenakan kaos dan celana pendek yang memperlihatkan kakinya yang indah.

Aku berjalan di sampingnya, menggenggam tangannya. Ketika kami bertemu pandang, matanya menyiratkan sesuatu. Dingin.

Ketika sampai di depan rumahnya, aku mengecup keningnya. Ekspresinya masih datar, layaknya patung.

Aku menatapnya lagi. Tapi matanya tidak melihatku. Dia berbalik dan menaiki tangga rumahnya.
"Aku lelah, David." serunya kepadaku.
Dia memanggil namaku langsung, tidak menggunakan kata "sayang" yang biasa dia alamatkan kepadaku.

Aku diam.
"Bisakah aku masuk?" tanyanya.

Setelah ragu-ragu, aku melepas tangannya dari genggamanku. Lalu, ia berbalik dan masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan 'sampai nanti' atau 'aku mencintaimu' atau 'Aku akan merindukanmu'. Dia biasa mengatakan itu  setelah kami selesai bepergian. Lalu kami saling berpelukan untuk waktu yang sangat lama sampai ayahnya atau ibunya memintanya untuk segera masuk. Tapi sekarang tidak lagi.

 Do you do what you did when you did with me?

-Flasback end-

Lalu aku ingat bahwa dia bersama Jackson hari Sabtu lalu, tersenyum, tertawa lepas, begandengan tangan. Memori yang tidak bisa aku lupakan.

Ketika aku mendongak, aku menyadari bahwa sebagian besar siswa di kelas duduk dengan tegang, semua menghindari tatapanku. Saat itu, pintu dibuka, dan muncul Ashley dan Oliver. Jadi itu benar.

Tangan mereka terjalin dan aku menyadari bahwa Ashley memegang tangannya erat daripada dia memegang tanganku. Dan senyum di wajahnya tidak dipaksakan. Saat mereka berdiri di ambang pintu, Oliver bertanya, "Punya rencana malam ini?"

Ashley menjawab , "Tidak."

"Baiklah, aku akan menjemputmu nanti. Aku akan membawamu makan malam," ujarnya sambil mengedipkan mata dan mengucapkan kata yang takut aku dengar "I LOVE YOU"

"I love you too," Ashley berkata dan mereka menempati kursi paling belakang.

Does he love you the way I can
Did you forget all the plans that you made with me
'Cause baby I didn't

Sepulang sekolah, aku langsung pulang ke rumah. Aku mengerjakan PR, dengan alasan utama tidak ada hal lain yang bisa kulakukan. Aku menghabiskan sebagian besar waktu untuk berpikir dan makan, itulah yang kulakukan saat depresi. Setelah beberapa jam berpikir, aku memutuskan untuk kembali bersama Ashley. Pukul tujuh, aku pergi ke cafe Shinee untuk makan malam, menyegarkan pikiran.

Pemandangan pertama yang kusaksikan saat masuk ke sana adalah Ashley dan Oliver, duduk di pojokan. Mereka saling berpegangan tangan, tertawa, cekikikan. Itu semakin menguatkan pendapat bahwa Ashley lebih beruntung bersama Oliver.

That should be me
Holdin' your hand
That should be me
Makin' you laugh
That should be me
This is so sad
That should be me
That should be me

Oliver kemudian membungkuk ke depan dan menciumnya di seberang meja, seperti yang selalu aku lakukan. Dan memberinya sebuah sapu tangan.

That should be me
Feelin' your kiss
That should be me
Buyin' you gifts
This is so wrong
I can't go on
Till you believe that
That should be me
That should be me

Itu membuatku kehilangan nafsu makan dan mengingatkan bahwa Ashley bukan milikku lagi. Berusaha keras untuk tidak memukul Oliver, aku kembali pulang.

Keesokan harinya tidak berbeda. Sepulang sekolah, Ashley dan aku punya rencana untuk menonton The Karate Kid, dibintangi Jaden Smith dan Jackie Chan. Tapi kemudian dia sibuk dengan Oliver jadi aku harus pergi sendirian, lagi. Aku membeli dua tiket sampai aku melihat Ashley dengan Oliver, berjalan bergandengan tangan ke loket tiket. Aku membeli dua tiket dengan cepat dan memasuki pemutaran teater.

Film ini akan lebih baik jika Ashley duduk di sampingku. Ini bioskop favorit kami.
Tiba-tiba, Oliver melihatku dan berteriak, "Hei Bos, sedang apa disini?"

"Film," jawab ku singkat, terpaksa.
"David."
Itu Ashley. Suaranya masih terdengar sangat manis ketika dia menyebut namaku. Aku merasa  dihipnotis dan aku berbalik.
"Bisakah aku berbicara denganmu, secara pribadi?" tanyanya.

Aku mengangguk dan Oliver mengatakan dia akan menunggu di luar. Setelah dia pergi, Ashley mengambil beberapa perhiasan kecil dari sakunya dan meletakkannya ke dalam ke dalam telapak tanganku. Ketika aku melihat lebih dekat, aku menyadari itu adalah cincin dan kalung pemberianku di hari anniversary hubungan kami.

"Aku tidak membutuhkannya lagi. Kamu dapat menyimpannya, atau terserah," katanya.
Aku hanya mengangguk lagi dan dia pergi, berbisik, "Selamat tinggal, David."

You said you needed a little time for my mistakes
It's funny how you use that time to have me replaced
Did you think that I wouldn't see you out at the movies
What you doin' to me?
You're takin' him where we used to go
Now if you're tryin' to break my heart
It's working 'cause you know

Setelah dia keluar, entah bagaimana aku menguntit mereka tanpa ketahuan. Mereka memasuki sebuah toko perhiasan dimana aku membeli cincin dan kalung itu. Aku melihat Ashley mendapat sebiah kalung, persis seperti yang dulu ia dapatkan dariku.

Lalu aku berkata kepada diri sebelum berjalan menjauh, Seharusnya itu aku

That should be me
Holdin' your hand
That should be me
Makin' you laugh
That should be me
This is so sad
That should be me
That should be me

Feelin' your kiss
That should be me
Buyin' you gifts
This is so wrong
I can't go on
Till you believe that
That should be me

Ketika aku tiba di rumah, aku memikirkan kembali apakah aku harus kembali bersama Ashley, atau apakah dia benar-benar bersama Oliver? Saat itulah aku merasakan ada luka di hatiku. Luka itu berdarah. Luka itu amat pedih. Tanpa Ashley, hatiku tidak dapat bisa disembuhkan, tidak dapat dikembalikan. Satu-satunya orang yang bisa memperbaikinya adalah Ashley, dan aku membutuhkannya.

I need to know should I fight
For our love or disown
It's getting harder to shield
This pain in my heart

That should be me
Holdin' your hand
That should be me
Makin' you laugh
That should be me
This is so sad
That should be me
That should be me

That should be me
Feelin' your kiss
That should be me
Buyin' you gifts
This is so wrong
I can't go on
Till you believe that
That should be me

Aku telah melihat mereka berpegangan tangan. Aku pernah melihatnya membuat dia tertawa. Dan ya, ini benar-benar menyedihkan. Aku melihat mereka berciuman. Aku pernah melihat dia membelikannya hadiah. Tapi aku tahu bahwa Ashley tidak akan pernah percaya bahwa kami bisa bersama lagi. Tidak peduli betapa kerasnya aku berharap dan berdoa kalau aku adalah Oliver.

Holding your hand
That should be me
No one making you laugh, oh baby
That should be me, that should be me giving you flowers
That should be me
Talking by hours that should be me, that should be me
That should be me

Never should've let you go
I never should've let you go
That should be me

Aku melihat Oliver memberikan mawar setelah Prom selesai. Ashley melompat padanya dan berpelukan.

That should be me.

Aku berharap aku bisa melakukan yang lebih baik.Aku berharap aku akan selamanya miliknya. Aku berharap aku memiliki kesempatan untuk mendapatkannya kembali. Aku berharap, aku berharap, aku berharap. Dan sekarang, aku telah kehilangan cinta dalam hidupku.

Aku tahu bahwa setelah Ashley ,aku tidak akan mencari cinta lagi karena ia satu-satunya hal yang pernah aku butuhkan, berharap kami akan bersatu suatu hari nanti setelah kelulusan.

Dan itulah, ketika aku belajar untuk melepasnya.

That Should Be Me (Songfic One Shoot)

by Amira Fadelia on Sunday, January 30, 2011 at 9:32pm
Kata Pengantar :
Cerita ini saya buat sebagai pengabdian saya sebagai seorang Beliebers
Hm.. Sebagai saran, sewaktu baca cerita ini, atau habis baca cerita ini, dengerin lagunya Jabir, alias Jastin Bibir - That Should Be Me sekalian cari artinya
Cerita kali ini, aku pake bahasa formal, nggak tau jadinya aneh apa nggak
Oh ya, untuk nama peran, aku pake nama asli pemain film Twilight ^^
Warning :
bagi yang bosan dengan catetan saya *NGGAK USAH BACA*
bukannya melarang, tapi aku nggak enak kalo ada readers yang baca dengan terpaksa
Daripada nggak mau, mending nggak usah kalo bosen, okay?

==================================================================

Aku berjalan sepanjang koridor sekolah, kepalaku menunduk. Aku sangat malas masuk sekolah hari ini.

Sejak aku masuk sekolah kurang dari lima menit yang lalu, seluruh mahasiswa diam, dibandingkan pagi biasanya. Hari sedih bejama'ah mungkin. Lalu seseorang memanggilku "David!"

Aku berbalik untuk mencari si pemilik suara. Ia memakai kaus pink dan rok mini, berlari ke arahku. Aku berhenti dan semua orang menatap kami ketika kami bercakap-cakap di tengah lorong.

 "Ya?" Tanyaku.

"Apa benar Ashley putus denganmu?"

Aku pikir tak seorang pun bergerak ketika aku menjawab pertanyaan itu
"Tidak"

"Tapi ada rumor yang dikirim lewat pesan singkat kalau dia sudah punya cowok lain," katanya.

Kemudian salah satu laki-laki dalam kerumunan itu berteriak,
"David Slade, bintang kapten tim basket Starcast dicampakkan oleh Ashley Greene untuk pemain basket lain!"

Sejenak semuanya hening dan tiba-tiba semua orang tertawa, termasuk gadis di depanku. Aku menelan ludah dan mengerutkan kening. Menghirup dan menghembuskan napas dalam-dalam, aku mengabaikan mereka dan berlari ke kelas. Tak seorang pun pergi ke kelas setengah jam lebih awal tapi aku tidak peduli. Aku hanya butuh waktu sendirian, di mana ada kedamaian da ketenangan.

Aku tidak bisa menyangkal kebenaran bahwa Ashley dan aku bertengkar dua hari lalu, pada hari Sabtu. Aku menuduhnya berselingkuh, tapi dia menyangkalnya. Meskipun yang dia katakan ada benarnya, namun tak masuk akal jika dia nongkrong bersama Jackson di mall. Aku tidak menerima penyangkalannya dan menggantungkan hubungan kami beberapa hari. Itu kebodohanku. Aku mencoba menelepon untuk meminta maaf, tapi dia tidak pernah mengangkatnya. Aku pergi ke rumahnya untuk jalan-jalan, tapi ibunya berkata dia keluar rumah sepanjang hari.

Aku mengingat kembali kejadian sepuluh menit yang lalu. Tawa mereka masih bergema di kepalaku, menghantuiku dengan cara yang tidak bisa ku jelaskan. Bahkan setelah pintu tertutup, aku masih bisa mendengar gemuruh dari tertawa, cekikikan dan beberapa komentar menyakitkan.

"Bagaimana menurutmu tentang Ashley? Mungkin dia sekarang bersama Jackson. Atau mungkin Oliver."

 "Aku pikir James."

"Mungkin si kutu buku putus gara-gara David selalu bicara pada bola basket."

"Oh, aku tahu mengapa Greene meninggalkannya! Karena David bukan seorang pustakawan jadi dia harus membayar denda bila terlambat mengembalikan buku."

 Dan ada lebih banyak tawa.

Pertama, bahwa Greene atau si kutu buku, memiliki nama. Ashley. Dan dia masih menjadi pacarku, dia tidak berkencan dengan laki-laki lain. Aku membenamkan kepalaku dalam-dalam di atas meja dan mendesah.

Everybody's laughing in my mind
Rumors spreading 'bout this other guy

-Flashback-
Kami pergi ke mal dan mencoba permainan baru yang disebut 'Jungle Expedition'. Itu adalah permainan untuk menguji kekompakan pasangan.

Meskipun kami tidak bisa melewati bagian pertama, nilai kami berlipat sampai jutaan dan mesin menunjukkan bahwa persentase kekompakan kami 92%. Mengejutkan. Aku menyeringai saat aku meletakkan senapan mesin yang aku pegang untuk menembak alien dalam permainan. Tapi dia hanya menatapku, sementara bibirnya membentuk garis lurus dan dia meletakkan senapan mesin pada slot di samping mesin.

"Ada yang salah? Apa kamu sakit?" Aku bertanya padanya, senyumku menghilang.

"Tidak, aku baik-baik saja,"  katanya, mencoba meyakinkanku dengan tersenyum.

 Tapi aku tahu ia memaksakan itu.

Setelah keluar dari mall, kami berjalan menuju rumahnya. Di perjalanan, aku baru menyadari betapa cantiknya dia hari ini, dia hanya mengenakan kaos dan celana pendek yang memperlihatkan kakinya yang indah.

Aku berjalan di sampingnya, menggenggam tangannya. Ketika kami bertemu pandang, matanya menyiratkan sesuatu. Dingin.

Ketika sampai di depan rumahnya, aku mengecup keningnya. Ekspresinya masih datar, layaknya patung.

Aku menatapnya lagi. Tapi matanya tidak melihatku. Dia berbalik dan menaiki tangga rumahnya.
"Aku lelah, David." serunya kepadaku.
Dia memanggil namaku langsung, tidak menggunakan kata "sayang" yang biasa dia alamatkan kepadaku.

Aku diam.
"Bisakah aku masuk?" tanyanya.

Setelah ragu-ragu, aku melepas tangannya dari genggamanku. Lalu, ia berbalik dan masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan 'sampai nanti' atau 'aku mencintaimu' atau 'Aku akan merindukanmu'. Dia biasa mengatakan itu  setelah kami selesai bepergian. Lalu kami saling berpelukan untuk waktu yang sangat lama sampai ayahnya atau ibunya memintanya untuk segera masuk. Tapi sekarang tidak lagi.

 Do you do what you did when you did with me?

-Flasback end-

Lalu aku ingat bahwa dia bersama Jackson hari Sabtu lalu, tersenyum, tertawa lepas, begandengan tangan. Memori yang tidak bisa aku lupakan.

Ketika aku mendongak, aku menyadari bahwa sebagian besar siswa di kelas duduk dengan tegang, semua menghindari tatapanku. Saat itu, pintu dibuka, dan muncul Ashley dan Oliver. Jadi itu benar.

Tangan mereka terjalin dan aku menyadari bahwa Ashley memegang tangannya erat daripada dia memegang tanganku. Dan senyum di wajahnya tidak dipaksakan. Saat mereka berdiri di ambang pintu, Oliver bertanya, "Punya rencana malam ini?"

Ashley menjawab , "Tidak."

"Baiklah, aku akan menjemputmu nanti. Aku akan membawamu makan malam," ujarnya sambil mengedipkan mata dan mengucapkan kata yang takut aku dengar "I LOVE YOU"

"I love you too," Ashley berkata dan mereka menempati kursi paling belakang.

Does he love you the way I can
Did you forget all the plans that you made with me
'Cause baby I didn't

Sepulang sekolah, aku langsung pulang ke rumah. Aku mengerjakan PR, dengan alasan utama tidak ada hal lain yang bisa kulakukan. Aku menghabiskan sebagian besar waktu untuk berpikir dan makan, itulah yang kulakukan saat depresi. Setelah beberapa jam berpikir, aku memutuskan untuk kembali bersama Ashley. Pukul tujuh, aku pergi ke cafe Shinee untuk makan malam, menyegarkan pikiran.

Pemandangan pertama yang kusaksikan saat masuk ke sana adalah Ashley dan Oliver, duduk di pojokan. Mereka saling berpegangan tangan, tertawa, cekikikan. Itu semakin menguatkan pendapat bahwa Ashley lebih beruntung bersama Oliver.

That should be me
Holdin' your hand
That should be me
Makin' you laugh
That should be me
This is so sad
That should be me
That should be me

Oliver kemudian membungkuk ke depan dan menciumnya di seberang meja, seperti yang selalu aku lakukan. Dan memberinya sebuah sapu tangan.

That should be me
Feelin' your kiss
That should be me
Buyin' you gifts
This is so wrong
I can't go on
Till you believe that
That should be me
That should be me

Itu membuatku kehilangan nafsu makan dan mengingatkan bahwa Ashley bukan milikku lagi. Berusaha keras untuk tidak memukul Oliver, aku kembali pulang.

Keesokan harinya tidak berbeda. Sepulang sekolah, Ashley dan aku punya rencana untuk menonton The Karate Kid, dibintangi Jaden Smith dan Jackie Chan. Tapi kemudian dia sibuk dengan Oliver jadi aku harus pergi sendirian, lagi. Aku membeli dua tiket sampai aku melihat Ashley dengan Oliver, berjalan bergandengan tangan ke loket tiket. Aku membeli dua tiket dengan cepat dan memasuki pemutaran teater.

Film ini akan lebih baik jika Ashley duduk di sampingku. Ini bioskop favorit kami.
Tiba-tiba, Oliver melihatku dan berteriak, "Hei Bos, sedang apa disini?"

"Film," jawab ku singkat, terpaksa.
"David."
Itu Ashley. Suaranya masih terdengar sangat manis ketika dia menyebut namaku. Aku merasa  dihipnotis dan aku berbalik.
"Bisakah aku berbicara denganmu, secara pribadi?" tanyanya.

Aku mengangguk dan Oliver mengatakan dia akan menunggu di luar. Setelah dia pergi, Ashley mengambil beberapa perhiasan kecil dari sakunya dan meletakkannya ke dalam ke dalam telapak tanganku. Ketika aku melihat lebih dekat, aku menyadari itu adalah cincin dan kalung pemberianku di hari anniversary hubungan kami.

"Aku tidak membutuhkannya lagi. Kamu dapat menyimpannya, atau terserah," katanya.
Aku hanya mengangguk lagi dan dia pergi, berbisik, "Selamat tinggal, David."

You said you needed a little time for my mistakes
It's funny how you use that time to have me replaced
Did you think that I wouldn't see you out at the movies
What you doin' to me?
You're takin' him where we used to go
Now if you're tryin' to break my heart
It's working 'cause you know

Setelah dia keluar, entah bagaimana aku menguntit mereka tanpa ketahuan. Mereka memasuki sebuah toko perhiasan dimana aku membeli cincin dan kalung itu. Aku melihat Ashley mendapat sebiah kalung, persis seperti yang dulu ia dapatkan dariku.

Lalu aku berkata kepada diri sebelum berjalan menjauh, Seharusnya itu aku

That should be me
Holdin' your hand
That should be me
Makin' you laugh
That should be me
This is so sad
That should be me
That should be me

Feelin' your kiss
That should be me
Buyin' you gifts
This is so wrong
I can't go on
Till you believe that
That should be me

Ketika aku tiba di rumah, aku memikirkan kembali apakah aku harus kembali bersama Ashley, atau apakah dia benar-benar bersama Oliver? Saat itulah aku merasakan ada luka di hatiku. Luka itu berdarah. Luka itu amat pedih. Tanpa Ashley, hatiku tidak dapat bisa disembuhkan, tidak dapat dikembalikan. Satu-satunya orang yang bisa memperbaikinya adalah Ashley, dan aku membutuhkannya.

I need to know should I fight
For our love or disown
It's getting harder to shield
This pain in my heart

That should be me
Holdin' your hand
That should be me
Makin' you laugh
That should be me
This is so sad
That should be me
That should be me

That should be me
Feelin' your kiss
That should be me
Buyin' you gifts
This is so wrong
I can't go on
Till you believe that
That should be me

Aku telah melihat mereka berpegangan tangan. Aku pernah melihatnya membuat dia tertawa. Dan ya, ini benar-benar menyedihkan. Aku melihat mereka berciuman. Aku pernah melihat dia membelikannya hadiah. Tapi aku tahu bahwa Ashley tidak akan pernah percaya bahwa kami bisa bersama lagi. Tidak peduli betapa kerasnya aku berharap dan berdoa kalau aku adalah Oliver.

Holding your hand
That should be me
No one making you laugh, oh baby
That should be me, that should be me giving you flowers
That should be me
Talking by hours that should be me, that should be me
That should be me

Never should've let you go
I never should've let you go
That should be me

Aku melihat Oliver memberikan mawar setelah Prom selesai. Ashley melompat padanya dan berpelukan.

That should be me.

Aku berharap aku bisa melakukan yang lebih baik.Aku berharap aku akan selamanya miliknya. Aku berharap aku memiliki kesempatan untuk mendapatkannya kembali. Aku berharap, aku berharap, aku berharap. Dan sekarang, aku telah kehilangan cinta dalam hidupku.

Aku tahu bahwa setelah Ashley ,aku tidak akan mencari cinta lagi karena ia satu-satunya hal yang pernah aku butuhkan, berharap kami akan bersatu suatu hari nanti setelah kelulusan.

Dan itulah, ketika aku belajar untuk melepasnya.

Read More...